Kemampuan problem solving atau pemecahan masalah adalah skill yang paling harus dikuasai saat ini. Kemampuan problem solving ini ternyata ditopang oleh beberapa skill yang lain. Apa saja?
Di jaman yang sangat maju saat ini, bukan hanya kemampuan teknis saja yang penting dimiliki untuk bertahan dan menjadi cemerlang di dunia profesional. Ternyata soft skill juga sangat penting. Salah satu soft skill yang paling dicari pada diri karyawan adalah kemampuan problem solving.
Kedengarannya namanya mudah, namun ternyata kemampuan problem solving ini sulit dipraktikkan. Meskipun sulit, namun bukan mustahil dilakukan, ya. Jika kamu berhasil menguasai, kemampuan problem solving ini bakal berguna banget di semua bidang pekerjaan dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan problem solving ini ternyata juga didukung oleh penguasaan berbagai skill yang lain. Apa saja skill yang diperlukan agar kamu makin jagoan dalam problem solving? Setidaknya ada 11 skill yang segera mulai perlu diasah, nih. Berikut ini kemampuan-kemampuan yang bisa dilatih agar kamu makin pintar dalam memecahkan masalah:
Komunikasi
Ketika mendengar kata komunikasi, biasanya yang terbayang adalah percakapan atau penyampaian informasi. Persepsi ini tidak salah, tetapi juga belum mencakup aspek-aspek komunikasi dengan menyeluruh.
Kemampuan komunikasi tak hanya meliputi kemampuan menyampaikan informasi dengan efisien melalui kata-kata. Secara umum ada tiga kemampuan yang terliput dalam komunikasi yaitu:
-
- Komunikasi verbal
- Komunikasi non-verbal
- Kemampuan mendengarkan
Kebanyakan dari kita cenderung hanya fokus pada komunikasi verbal. Padahal sekitar 70-93% informasi dalam percakapan datang dari gestur, mimik wajah, dan unsur-unsur non-verbal lainnya.
Tak hanya itu, ternyata kemampuan mendengarkan itu juga sangat penting dalam komunikasi. Demi komunikasi yang lancar, semua pihak yang terlibat dalam pembicaraan harus mampu mendengarkan dengan baik. Semua orang ingin didengar, tetapi tidak ingin mendengarkan.
Demi menjalin komunikasi yang baik, kamu harus terlebih dahulu memperhatikan lawan bicaramu.
- Lihatlah wajah dan gerak-geriknya: apakah kolegamu sedang santai atau tegang?
- Apakah mereka terlihat lelah atau masih segar?
Perhatian terhadap kondisi rekan kerjamu dapat membantumu menyampaikan informasi dengan cara yang mudah mereka terima. Hal yang sama berlaku ketika situasinya berkebalikan. Bagaimana keadaan rekan kerja yang sedang memberitahumu sesuatu? Memberikan reaksi yang tepat kepada mereka dapat membuat pertukaran informasi semakin lancar. Tentunya kamu juga tidak boleh hanya sekadar menyenangkan lawan bicaramu. Kamu juga harus menangkap informasi yang mereka sampaikan dengan efektif dan tanggap.
Bagi yang belum terlatih, berkomunikasi seperti ini memerlukan konsentrasi tinggi dan sangat menguras energi. Terutama ketika masalah terjadi secara mendadak, semua analisis mental yang telah disebut di atas harus kamu lakukan dalam waktu sesingkatnya. Ada kalanya kamu juga harus menerima dan memberikan beberapa informasi sekaligus. Fyuh. Bersiaplah menghadapi situasi seperti ini, kawan!
Baca artikel lain tentang komunikasi:
5 Cara Storytelling seperti Presentasi TedTalks
Tips Komunikasi Interpersonal buat si Pemalu
Kelas Mikro Gratis: Belajar Storytelling pada Public Speaking ala TEDTalks
Empati
Masih terkait dengan komunikasi, empati adalah kemampuan yang wajib dimiliki untuk berinteraksi sosial. Empati diartikan sebagai kemampuan menempatkan diri di posisi orang lain dan melihat dari sudut pandang mereka.
Seperti yang telah dibahas di atas, ketika berkomunikasi, kamu patut memperhatikan kondisi lawan bicaramu. Dalam empati, pemahaman ini dibawa lebih jauh dan kamu dituntut untuk memahami perasaan dan jalan pikiran mereka.
Misalkan saja atasanmu mendatangimu untuk memberikan sebuah tugas untukmu. Beliau terlihat tidak sabaran, nada bicaranya cetus dan tidak mengenakkan. Umumnya kamu pasti akan merasa jengkel apabila diperlakukan seperti ini, bukan? Namun dalam empati, kamu harus bisa melihat di balik kejengkelanmu dan menempatkan dirimu dalam posisi atasanmu. Mungkin beliau baru saja menghadapi klien yang menyulitkan. Mungkin beliau telah bekerja lembur kemarin malam dan bertingkah tidak sabaran karena terlalu lelah. Dengan memahami hal ini, kamu dapat menerima kelakuan atasanmu dengan lebih baik.
Hal ini berlaku juga untuk semua rekan kerjamu, bahkan mereka yang mungkin tidak terlalu akur denganmu. Tidak peduli drama apa yang terjadi di antara kalian, lingkungan kerja adalah lingkungan yang profesional dan kamu harus bisa memisahkan masalah pribadimu dari urusan pekerjaan.
Menerapkan empati terhadap orang yang tidak kamu sukai mungkin terkesan sulit, tetapi sebenarnya hal ini tidak seburuk yang kamu bayangkan. Empati membuatmu memahami alasan seseorang melakukan sesuatu. Walaupun hal tersebut bukanlah sesuatu yang kamu setujui, memahami alasannya dapat menolongmu untuk mencapai kompromi – agree to disagree – dan membantumu memperlakukan mereka dengan profesional.
Ikuti Kelas Mikro Gratis: Mengasah Skill Empati buat Bos Milenial
Kemampuan Menulis
Dalam banyak situasi, kamu memerlukan bentuk komunikasi tertulis, misalnya mengirimkan email kepada rekan atau mitra kerja.
Komunikasi tertulis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komunikasi verbal, di antaranya, kamu dapat memeriksa hasil tulisanmu beberapa kali sebelum memberikannya kepada penerima. Meskipun kita sudah sangat teliti dan menggunakan mata elang, terkadang kita masih melakukan kesalahan dalam berkomunikasi secara tertulis.
Bagaimana kamu bisa mengatasi ini? Solusi terbaik adalah dengan menguasai tata bahasa dengan menyeluruh. Ada banyak faktor yang berpotensi mengganggu kualitas tulisanmu. Mungkin saja rasa lelah, lingkungan yang bising, atau rekan kerja yang tidak kooperatif. Namun, apabila kamu menguasai bahasamu dengan baik, kesalahan-kesalahan dapat diminimalisasi karena memilih kata-kata yang sopan, lugas, dan tidak ambigu telah menjadi bagian yang natural bagimu. Tidak ada ruginya juga jika kamu banyak membaca contoh-contoh dari atasanmu, mencocokkannya dengan PUEBI atau standar bahasa lain yang kamu gunakan, dan berlatih menulis secara mandiri.
Ikuti Kelas Mikro Gratis:
Belajar Copywriting dari Awal Bagian 1
Belajar Copywriting dari Awal Bagian 2
Belajar Copywriting dari Awal Bagian 3
Baca juga: 5 Keuntungan Jadi Penulis Konten Lepas
Kreativitas
Kreativitas didefinisikan oleh Rollo May sebagai tindakan menciptakan sesuatu yang baru. Orang-orang umumnya menghubungkan kreativitas dengan seni dan keterampilan yang menggugah rasa dan mengguncang realita. Kemampuan ini jarang dikaitkan dengan bisnis yang terkesan kaku dan penuh dengan angka. Namun pada kenyataannya, bisnis mungkin merupakan penerapan kreativitas paling praktis di kehidupan sehari-hari. Mulai dari modifikasi produk hingga membuat sistem pemasaran baru, kreativitas berperan besar dalam bisnis. Bagaimana dengan kreativitas dalam konteks problem solving?
Kreativitas sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah karena kemampuan ini mencakup kemampuan melihat sesuatu dengan cara yang berbeda. Kemampuan ini membantumu melihat pola-pola yang tersembunyi dan hubungan di antara hal-hal yang kelihatannya tidak terkait. Kemampuan kreatif kamu akan bisa membantu menemukan solusi yang inovatif untuk mengatasi masalah, dan mungkin mengubahnya menjadi keuntungan.
Kemampuan Mengambil Keputusan
Dalam problem solving, kita biasanya mengambil keputusan untuk memilih solusi terbaik bagi masalah yang ada. Dalam proses ini kita perlu menimbang solusi manakah yang akan membawa hasil paling baik.
Beberapa orang mengandalkan intuisi untuk mengambil keputusan. Walaupun intuisi sering dianggap tak berbasis fakta, intuisi sebenarnya terbentuk dari akumulasi pengalaman dan prinsip-prinsip yang kamu pegang. Karena itulah seorang pebisnis yang berpengalaman biasanya memiliki intuisi yang tajam.
Ada pula orang-orang yang lebih memilih melakukan perhitungan secara logis dan faktual. Mereka menganalisis data lapangan yang ada dan mengambil keputusan berdasarkan hasil yang mereka peroleh.
Kedua metode ini tidak salah, tetapi masing-masing memiliki kelemahan. Intuisi cenderung menentukan pilihan secara subjektif, sementara pengambilan keputusan melalui fakta seringkali mengesampingkan aspek emosional yang penting. Dalam sebuah perusahaan, ada baiknya untuk menggabungkan kedua metode ini.
Meskipun metode yang digunakan untuk mengambil keputusan sudah tepat, proses belum tentu berjalan lancar. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terhambatnya decision making, antara lain:
1. Informasi yang tidak cukup:
Kurangnya informasi dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak tepat sasaran. Meskipun waktu yang tersedia terbatas, mengumpulkan informasi yang cukup akan lebih baik daripada membuat keputusan yang terburu-buru.
2. Informasi yang terlalu banyak:
Ketika ada banyak informasi simpang siur yang beredar, sulit menentukan yang mana yang penting. Hal ini dapat diatasi dengan menyeleksi informasi yang penting beserta alasannya dan memasang batas waktu yang jelas.
3. Terlalu banyak orang yang terlibat:
Memiliki banyak anggota dalam sebuah tim memang memberikan kelebihan dalam hal banyaknya variasi ide dan sudut pandang yang dapat diperhitungkan. Namun, ketika menyangkut pengambilan keputusan, terkadang terlalu banyak pendapat yang berlawanan dapat menghambat proses kerja. Ada baiknya jika ada satu orang yang memegang keputusan final.
4. Adanya kepentingan pribadi:
Terkadang pendapat seseorang mempunyai kepentingan pribadi. Mendeteksi hal ini tak mudah, sebab umumnya kepentingan tersebut tak terlihat secara langsung. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah ini adalah dengan meminta alasan yang jelas dari setiap pemberi pendapat serta mendiskusikannya dengan orang lain yang tidak terlibat dalam rapat tetapi memiliki posisi kepemimpinan yang serupa.
5. Keterikatan emosional:
Mungkin banyak orang sudah merasa nyaman berada dalam status quo dan karenanya tak menyukai keputusan yang akan menyebabkan perubahan. Hal ini wajar, sebab perubahan-perubahan besar dalam perusahaan biasanya memiliki konotasi negatif seperti penurunan penjualan. Tak ada cara lain selain meyakinkan mereka bahwa keputusan yang diambil akan berdampak baik.
6. Tidak adanya keterikatan emosional
Terkadang, keputusan menjadi sulit bukan karena kita tidak bisa melepaskan sesuatu, melainkan karena kita tidak peduli bagaimanapun hasilnya. Hal ini dapat diatasi dengan mengidentifikasi keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan.
Dengan memperhatikan poin-poin di atas, proses mengambil keputusan akan berjalan dengan lebih lancar.
Risk Management
Dalam dunia kerja, sudah pasti terdapat risiko di setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Risk management adalah cara untuk mencegah serta mempersiapkan rencana penanganan apabila kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Langkah-langkah di dalamnya meliputi identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, mitigasi risiko, monitoring, dan konsultasi.
Identifikasi risiko melibatkan proses mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi mempengaruhi perusahaan secara negatif. Setelah risiko terindentifikasi, langkah berikutnya adalah menganalisis dalam kondisi seperti apa problem bisa terjadi dan akibat yang mungkin ditimbulkan.
Risiko akan dianalisa lebih lanjut dalam tahap evaluasi. Perusahaan akan memperkirakan seberapa besar kemungkinan itu terjadi. Di tahap ini juga perusahaan akan menentukan apakah risiko itu sebaiknya dihindari atau tidak.
Selanjutnya, perusahaan akan menilai risiko-risiko yang paling tinggi dan membentuk rencana penanganan. Masih terkait dengan mitigasi risiko, perusahaan harus memonitor proses penanganan risiko serta mengamati apakah akan muncul masalah-masalah baru secara berkelanjutan. Untuk melakukan itu, sebaiknya dilakukan konsultasi rutin dengan pihak-pihak yang dirasa perlu mengenai proses secara keseluruhan.
Dalam problem solving, risk management penting dalam proses pengambilan keputusan serta pencegahan masalah.
Kemampuan Analisis Data Kuantitatif
Kemampuan analitis adalah kemampuanmu mengumpulkan, mengorganisasi, dan mencerna informasi dengan logis dan rasional. Tak hanya untuk problem solving, kemampuan ini vital dalam hampir semua bidang pekerjaan.
Di era ini, hampir segalanya bersifat data-driven. Dalam dunia bisnis, mustahil untuk melakukan kegiatan apapun tanpa data, khususnya data kuantitatif. Karena itulah kemampuan menganalisis data kuantitatif sangat dibutuhkan.
Menganalisis data juga bukan perkara sederhana. Pada definisi yang tertulis di atas, kemampuan analitis melibatkan kemampuan mengumpulkan informasi. Dengan kata lain, lakukan riset. Mengapa kita perlu melakukan riset? Karena sekadar melihat tabel dan membuat prediksi tidaklah cukup. Kualitas informasi juga sangat penting. Kamu tak boleh hanya sekadar mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Kamu harus bisa menilai sumber data mana yang terpercaya dan membedakan data mana yang relevan dan mana yang tidak.
Tentu saja, analisis tak akan berhenti pada riset. Kamu harus dapat menafsirkan data yang telah terkumpul dengan baik. Hal yang membedakan seorang ahli analisis dengan seseorang yang sekadar mampu menghitung adalah kemampuannya menarik kesimpulan yang tepat dari hasil perhitungan tersebut. Data lapangan mungkin hanya terlihat angka sederhana, namun ada konteks dan korelasi yang kompleks di baliknya. Kemampuan untuk menilik konteks dan korelasi tersebut dengan tepat adalah sesuatu yang bernilai tinggi dalam dunia bisnis.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan manusia mengatur emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang di sekitar kita. Walaupun kecerdasan emosional terkesan hanya berpengaruh pada hubungan sosial, ada banyak hal yang terpengaruh secara tidak langsung oleh kemampuan ini, di antaranya kepemimpinan dan kemampuan problem solving.
Beberapa orang dilahirkan dengan kemampuan alami untuk memahami emosi, tetapi bukan berarti kemampuan ini tak bisa dilatih. Kecerdasan emosional dapat dilatih dengan meningkatkan kesadaran dan penguasaan diri.
Mengendalikan emosi mungkin terdengar seperti sesuatu yang sangat menantang, terutama jika kamu adalah tipe orang yang pemarah. Tapi ini menjadi bagian dari proses yang harus kamu lalui.
Kesadaran diri dimulai dengan mengetahui emosi yang sedang dirasakan. Kemudian mengetahui mengapa perasaan itu muncul, dan bagaimana emosi itu dapat mempengaruhi diri sendiri dan orang lain.
Memiliki kesadaran diri itu berarti kamu mengetahui dan menerima setiap kelebihan dan kekuranganmu. Mengetahui kedua hal ini sangat membantumu menjadi orang yang rendah hati namun percaya diri.
Untuk melatih kesadaran diri, kamu dapat meluangkan waktu setiap hari untuk berefleksi atau menuliskannya dalam jurnal.
- Apa saja yang kamu rasakan pada hari itu?
- Pikiran-pikiran apa saja yang terlintas di benakmu?
Dengan merenungkan hal-hal ini, kamu dapat memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi emosionalmu. Selain itu, biasakanlah untuk menginjak rem setiap kali kamu merasakan emosi yang kuat seperti kemarahan. Berhentilah sejenak untuk memproses emosimu dan menenangkan diri alih-alih langsung melampiaskannya ke luar.Penguasaan diri berjalan bersamaan dengan kesadaran diri. Hal ini dimulai dengan mengetahui nilai-nilai apa yang paling utama bagimu. Hal ini membantumu menyusun prioritas dan mengambil keputusan.Setelah itu, pastikan bahwa dirimu telah menjadi seseorang yang dapat diandalkan. Artinya, kamu konsisten dengan nilai-nilai yang sudah kamu tentukan dan menerapkannya tanpa pandang bulu, termasuk kepada dirimu sendiri. Hal ini juga berarti kamu harus berani mengakui dan bertanggung jawab ketika kamu melakukan kesalahan.
Kemampuanmu menguasai diri mungkin paling mudah diukur dengan seberapa baik kamu dapat mengendalikan tingkah lakumu.
- Apakah kamu masih sering marah-marah ketika rekan kerja atau bawahanmu melakukan kesalahan?
- Ataukah kamu mereka dengan tenang, mencari solusi untuk mengatasi kesalahan yang terjadi, dan memperlakukan rekan kerjamu dengan adil?
Apalagi jika memegang posisi sebagai pemimpin, kamu wajib punya kontrol diri yang baik. Marah-marah kepada bawahan mungkin memang akan membuat mereka jera setelah melakukan kesalahan, tetapi itu juga dapat menurunkan semangat kerja dan produktivitas tim kedepannya. Orang-orang akan lebih menghormatimu sebagai rekan kerja dan/atau pemimpin apabila kamu tegas tetapi juga optimis dan mendukung.
Rapport Building
Rapport building merujuk pada proses dibangunnya hubungan yang baik dengan orang lain. Bisa dikatakan, rapport building merupakan tahap awal menjalin pertemanan.
Di dalam lingkungan kerja, hal ini sangat penting dilakukan, karena hubungan baik antar rekan kerja dapat memperlancar proses pekerjaan. Tak ada ruginya pula jika kamu memiliki orang-orang yang akan dengan senang hati mendukungmu di kemudian hari.
Dalam problem solving, memiliki koneksi yang kuat dengan banyak orang dapat mempermudah pekerjaanmu. Selain itu, kemampuan untuk menjalin hubungan baik dapat membantumu menghadapi masalah dengan klien.
Rapport building dimulai dengan mencari titik temu atau kesamaan antara kamu dan lawan bicaramu.
Di sini, sedikit berbasa-basi punya peranan penting. Saat kamu dan lawan bicaramu belum saling kenal, basa-basi dan membahas suatu topik yang netral akan membuat kalian jadi saling mengenal satu sama lain. Kamu dan lawan bicara bisa meraba hal-hal yang mungkin bisa menjadi basis hubungan yang lebih kuat di antara kalian. Agar proses ini lebih lancar, kamu dapat melakukan hal-hal berikut:
- Gunakan bahasa tubuh yang terbuka dan rileks agar lawan bicaramu merasa lebih nyaman dan diterima.
- Bicara dengan tempo yang pas dan bernada santai. Berbicara dengan cepat menandakan bahwa kamu sedang tak tenang. Hal ini bisa membuat lawan bicaramu kurang nyaman.
- Cari topik yang umum dan tak terlalu personal seperti cuaca atau pengalaman pada hari itu. Hindari terlalu banyak berbicara tentang diri sendiri. Pilih perkataan dengan hati-hati agar tak terkesan menginterogasi lawan bicaramu.
- Tunjukkan bahwa kamu memperhatikan apa yang mereka katakan dengan kontak mata, anggukan, dan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (pertanyaan yang tidak bisa dijawab hanya dengan “ya” atau “tidak”).
- Kadang-kadang lontarkan sedikit candaan untuk meringankan suasana, tetapi hindari membuat candaan tentang orang lain.
- Tunjukanlah empati terhadap lawan bicaramu.
- Jangan menghakimi lawan bicaramu. Lepaskanlah prasangka-prasangka buruk dan cobalah untuk mengenal mereka lebih baik.
- Selalu bersikap jujur, termasuk mengenai hal-hal yang tak kamu ketahui. Kamu mungkin berpikir pura-pura tahu tentang segala sesuatu akan membuatmu terlihat keren dan berpengetahuan luas. Hal ini justru bisa merendahkan harkatmu di mata orang lain. Apabila kamu jujur sejak awal, mereka akan lebih mudah menempatkan kepercayaan mereka padamu.
Ada kalanya kita bisa langsung “klik” atau cocok dengan lawan bicara. Tapi tak semuanya bakal seperti itu. Membangun hubungan yang baik dengan orang yang kurang “nyambung” pastinya akan terasa lebih sulit. Oleh karena itu, tetaplah berpikiran terbuka dan carilah titik temu di antara kalian. Walaupun mungkin menjadi teman itu mustahil, setidaknya bangunlah relasi kerja yang profesional dan netral.
Kemampuan Bekerjasama
Kami yakin bahwa kamu tak terkejut melihat poin yang satu ini. Semua organisasi, termasuk perusahaan bisnis, membutuhkan kerjasama yang baik antara setiap anggotanya. Kemampuan bekerjasama dengan tim akan selalu menjadi skill yang gencar dicari.
Secara umum, ada beberapa hal yang diperlukan untuk mendirikan sebuah tim yang solid, di antara lain:
- Tujuan yang jelas
- Struktur yang kuat. Diperlukan anggota-anggota tim dengan skill set yang tepat, jumlah yang pas, dan norma yang jelas untuk mendukung dinamika yang positif
- Fasilitas pendukung yang memadai. Contohnya insentif yang kuat, biaya, dukungan teknologi, akses data, dan lain-lain
- Pola pikir yang sama
Walaupun keempat hal ini sudah terpenuhi, apabila individu-individu dalam tim tidak dapat bekerjasama dengan baik, maka pekerjaan tetap akan terhambat.
Untungnya, kemampuan bekerjasama sebenarnya sudah kita bahas secara tidak langsung pada poin-poin sebelumnya. Kerjasama membutuhkan kemampuan komunikasi, empati, rapport building, kecerdasan emosional, kreativitas, kemampuan mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Kamu hanya perlu menerapkannya saja sesuai situasi dan kondisi yang ada.
Memberi dan Menerima Masukan
Satu lagi kemampuan yang penting adalah kemampuan memberi dan menerima feedback.
Dalam problem solving, kamu harus siap menerima masukan yang kira-kira akan membantu proses pemecahan masalah. Kamu juga harus mampu memberikan pendapatmu dengan cara yang santun dan efektif. Banyak orang bereaksi dengan antusias ketika mendapat kesempatan memberi nasihat dan/atau kritik, tetapi tidak semuanya memberi saran yang bagus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kamu hendak memberi saran kepada seseorang. Yang pertama adalah timing. Pandai-pandailah memilih momen yang tepat untuk menyampaikan saranmu. Jangan sampaikan saranmu setelah kejadian yang relevan dengan saran itu berlalu terlalu lama.
Yang kedua adalah kondisi orang yang akan kamu nasihati. Ketika seseorang sedang marah, lelah, atau bad mood, mereka kemungkinan besar tak akan mendengarkan, apalagi menerima saranmu. Tunggulah hingga mereka berada dalam kondisi siap mendengarkanmu.
Yang ketiga, selalu fokuskan saranmu kepada perilaku, bukan kepribadian, kecerdasan, atau hal lain yang tidak dapat diubah. Akan percuma memberi saran ketika orang tersebut tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengubahnya, kan?
Yang keempat, tekankan bahwa saran tersebut merupakan pendapatmu berdasarkan bagaimana perasaanmu. Jangan memberikan saran berdasarkan pengalaman orang lain, karena bukan kamu yang merasakannya sendiri.
Yang terakhir, ketika kamu menjelaskan alasanmu, gunakan contoh dari sebuah peristiwa spesifik. Jangan membuat generalisasi seperti, “kamu selalu begini/begitu”. Lebih mudah menjelaskan pokok permasalahan pada kejadian yang spesifik dibandingkan berusaha menyamaratakan perilaku orang tersebut secara umum.
Selain hal-hal ini, penting untuk menyuarakan pendapat kita dengan cara yang tidak akan menyinggung perasaan lawan bicara. Kita sedang memberi saran, bukan menggurui atau mencari masalah dengan mereka.
Jika memberi saran yang bagus itu sulit, menerima saran mungkin lebih sulit lagi. Kebanyakan orang tak suka dikritik, apalagi jika kritik tidak disampaikan secara pintar. Meski begitu, mau tak mau kita harus mendengarkan masukan apalagi jika ingin berkembang.
Ketika menerima masukan, kamu perlu menahan diri untuk tak membalas atau memberi alasan. Sebaliknya, dengarkan terus dengan fokus. Lalu, cobalah untuk mengarahkan refleksimu kepada topik yang dibahas. Untuk menghindari kesalahpahaman, kamu juga berhak untuk bertanya jika saran tersebut terasa masih kurang jelas atau ambigu.
Baca juga:
4 Soft Skills yang Bikin Kamu Cepat Dapat Kerja atau Promosi